Kata siapa jadi anak paling bungsu itu menyenangkan. Mungkin menarik kedengarannya jadi yang paling bungsu atau yang paling kecil. Dimanja, disayang, dipenuhin keinginan pasti menyenangkan.
Seolah semuanya terlihat sangat indah. Tetapi tidak jarang ditemukan banyak kasus bahwa jadi yang paling bungsu sebenarnya sangat tidak menyenangkan. Sebagai contoh, segala peristiwa yang terjadi di rumah pasti sasaran yang utama selalu paling bungsu. Mendapat otoriter dari kakak-kakak sudah pasti.
Kasus yang paling tidak menyenangkan adalah pertengkaran kedua orang tua. Si bungsu yang masih terlalu kecil dan tidak tau apa-apa yang masih dalam fase dini untuk menerima kenyataan terpaksa harus menghadapi dan ikut andil dalam permasalahan kedua orang tuanya walaupun hanya ikut ambil dalam bagian sebagai lakon seorang yang berperan menangis tiada hentinya.
Dalam posisi dirinya yang masih kecil harus jadi rebutan kedua orang tua. Sudah pasti, ibulah yang menang dan berhak untuk membawanya. Dasar si bungsu yang tidak tau apa-apa seolah cepat melupakkan peristiwa yang terjadi dengan bermain bersama teman-temanya di tempat yang baru, tertawa, bermain dan seterusnya. Tidak ada sedikit pun kekhawatiran terhadap nasib rumah tangga kedua orang tuanya. Wajarlah, mana mungkin anak 4 tahun memikirkan masalah yang berat.
Beranjak remaja, perlahan-lahan ia mulai mengerti kondisi yang terjadi dalam rumahnya. Jika pertengkaran itu terjadi, si bungsulah yang paling banyak menangisnya. Tangis yang menjadi-jadi dan sangat ketakutan seolah ia tidak sanggup untuk harus memilih ikut siapa.
Beranjak remaja, perlahan-lahan ia mulai mengerti kondisi yang terjadi dalam rumahnya. Jika pertengkaran itu terjadi, si bungsulah yang paling banyak menangisnya. Tangis yang menjadi-jadi dan sangat ketakutan seolah ia tidak sanggup untuk harus memilih ikut siapa.
Orang tua yang masih peduli dan merebutkan dirinya untuk ikut bersama. Kacau, bingung, sedih, marah dan kecewa berkecamuk dalam pikirannya. Sifat pemberonntak pun mulai tumbuh, konsentrasi yang terganggu dalam belajar, naiknya aktivitas bolos di sekolah sangat membawa dampak negatif bagi kehidupan dari seorang anak remaja yang menatap masa depan, mengejar mimpi dan menysun harapan.
Masuk fase dewasa seolah semuanya menjadi terbalik. Tidak ada lagi tangisan yang menjadi-jadi, ataupun teriakan karena ketakutan. Diam dalam kamar menjadi jalan pintas atau tidak pulang rumah, misalnya lebih banyak diam dan sendiri. sifat pemberontak yang semakin tidak bisa hilang dalam dirinya. seolah ingin lari dan pergi dari rumah. Rasanya sangat hancur ketika kedua orang tua mengatakan tidak lagi perduli padanya dan menyuruh dirinya menentukkan hidupnya sendiri saja.
Keep fight, keep istiqomah deh bagi seseorang yang merasa jadi anak paling bungsu ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar